Mari bersama-sama berpartisipasi dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, berpendidikan dan bernuansa islami

Rabu, 21 Juli 2010

'Bye-Bye' Asap Rokok !

'Bye-Bye' Asap Rokok !
Banyak upaya yang bisa Anda coba untuk berhenti merokok, mulai dari obat-obatan, terapi, penggunaan patch (plester) atau gum nikotin hingga pendekatan alternatif. Mana yang paling efektif? Para dokter mendorong pasien untuk memadukan cara-cara tersebut.

"Pengobatan alternatif sendiri kemungkinan tidak bisa menghentikan sepenuhnya, sebaiknya dikombinasikan dengan pengobatan lainnya," terang Amit Sood, MD, dari Mayo Clinic's complementary and integrative medicine program."Merokok merupakan gangguan serius dan sebaiknya ditangani layaknya penyakit kronis," tutur Sood, seperti dikutip situs health.com.

Berikut tiga metode pengobatan alternatif yang bisa Anda coba:

Hipnosis

Hipnosis dikenal bisa mengubah perilaku dengan cepat. Karena itu, para perokok seringkali menggunakan cara alternatif satu ini sebagai titik awal untuk menghentikan kebiasan merokok. Hipnosis merilekskan pikiran sehingga Anda mampu mengenali pemicu yang seringkali muncul di bawah sadar.

"Hipnosis sama dengan alpha state, kondisi yang Anda lewati saat tidur di malam hari, terbawa dalam memori, atau saat menonton televisi," terang Alan B. Densky, seorang hipnoterapis dari Lauderdale, Florida.

Pada sesi wal terapi, pasien akan diminta menceritakan kebiasaan merokok mereka. Selanjutnya, terapis akan membuat pasien rileks dengan berbagai metode. Kemudian, terapis memberikan saran atau mengajak pasien berbincang-bincang untuk mengetahui
motivasi yang bisa membuat pasien berhenti merokok.

Akupunktur

Teknik ini bertujuan untuk mengurangi keranjingan merokok dan meredakan gejala-gejala fisik yang mucul saat pasien berhenti merokok.

Akupunktur merupakan pengobatan alternatif untuk berhenti merokok yang paling banyak dipelajari. Sebuah studi kecil menemukan bahwa efek akupunktur sendiri dan kombinasi akupunktur dan pendidikan secara signifikan mengurangi kebiasaan merokok.

Meditasi

Meditasi, yang berfungsi merilekskan tubuh dan menajamkan fokus pikiran, bisa membantu menghentikan kebiasaan merokok saat dipadukan dengan terapi konvensional."Ada elemen neurobiologi di belakangnya," terang Sood.

Sebuah studi di 2002 menemukan bahwa meditasi melepaskan dopamine di otak, proses ini sama dengan saat nikotin memicu perasaan rileks. Perokok umumnya keranjingan dengan perasaan nyaman ini.

Salah satu teknik meditasi yang umum digunakan adalah menemukan posisi duduk yang nyaman, menarik nafas dan mengeluarkan nafas melalui hidung secara perlahan. Cobalah memusatkan perhatian pada aliran nafas Anda. Mulailah dengan lima menit sehari, tingkatkan secara perlahan hingga 20 menit sehari. (medindonesia/pit/ft:ilustrasi)
powered by
Jam Malam Rawan Kanker Prostat dan Payudara

22 Mar 2010
Badan kesehatan dunia WHO baru saja mengeluarkan surat rekomendasi kepada badan negara anggota PBB untuk menilik kembali peraturan shift malam warganya.

Sebuah riset yang berlangsung dari 1987 oleh ahli kanker Steve Richards menunjukkan korelasi antara kerja malam dan kemungkinan menderita kanker, terutama kanker prostat dan payudara.

Orang-orang yang bekerja di malam hari hingga subuh atau pagi hari ternyata memiliki ketidakseimbangan hormon yang akhirnya mempengaruhi sistem kekebalan tubuh khususnya pada perkembangan sel-sel rusak yang seharusnya dihancurkan oleh sel-sel imun.

Pada tubuh normal, yakni waktu kerja pagi-sore, siklus metabolisme tubuh akan meningkat di pagi hari dan mulai menurun hingga malam hari. Saat seseorang memaksakan untuk terjaga di malam hari, tubuh akan memompa darah sebanyak mungkin dan mendorong sistem imun untuk meningkatkan sel-sel kekebalan tubuh seperti sel T dan CD4.

Bila "pemaksaan" ini dilakukan satu-dua kali, tubuh masih dapat memberikan toleransi tetapi saat menjadi kebiasaan, siklus tubuh yang diatur oleh jam biologis otak (circadian time clock) akan berubah dari default (pagi-sore) menjadi sore-pagi.

Ini membuat kekebalan tubuh menurun di pagi hari dimana bibit penyakit dan bahan-bahan karsinogenik bertebaran di udara akibat perubahan suhu dan angin. Hasil riset ini dipublikasikan dalam The Lancet Oncology.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar