Ide bisnis ini memerlukan perhatian pikiran agak lebih dibanding gagasan-gagasan sebelumnya (membuka rental komputer, jasa pengetikan, atau lainnya). Warnet, lazimnya dijalankan sebagai usaha menyewakan (rental) koneksi internet kepada pelanggan/customer.
Pelanggan bisa menikmati layanan yang tersedia standar dari internet (browsing, chatting, email, streaming audio-video). Seiring perkembangan teknologi muncul fenomena VoIP (Voice over Internet Protocol), yakni melewatkan data suara/voice via jaringan internet. Dengan VoIP, komunikasi antara Jakarta - London bukan lagi bertarif sambungan internasional (SLI), tetapi setara dengan koneksi lokal internet rumah - ISP. Demikian pula komunikasi Jogja-Aceh, Medan-Jayapura, Surabaya-Tokyo, Paris-New York, dan sebagainya.
Untuk warnet yang menyediakan fasilitas voice chat (chating menggunakan voice), atau kadang juga webcam, customer dapat menikmati betul "kemurahan" internet dalam membantu komunikasi jarak jauh ini.
Seorang mahasiswa yang kuliah di UGM dapat bervoice ria dengan keluarganya atau istrinya di Myanmar atau Uganda dengan tarif hanya 3000 - 4000 rupiah jam. Dengan catatan, kedua pihak sama-sama menggunakan protokol internet (misal: bila si mahasiswa sedang di warnet, keluarga nun jauh di sana bisa berada di warnet pula, atau memiliki koneksi internet di rumah).
Masalahnya, bagaimana bila salah satu pihak tidak memungkinkan terkoneksi dengan internet. Di sinilah peluang membisniskan warnet menjadi wartel mini, misal dengan memanfaatkan beberapa PC untuk layanan telekomunikasi jarak jauh (SLJJ atau SLI). Pada PC tersebut dipasang fasilitas komunikasi suara (optional: video/web cam). Dan pemilik warnet memiliki account pulsa (misal membeli Skype account, atau iConnect) agar bisa tersambungkan antara internet dengan fixed phone. Misal warnet di Jakarta menelpon rumah ke Surabaya, atau warnet di Denpasar menelpon ke rumah di Sydney, dsb.
Sepengetahuan penulis, sekarang layanan VoIP internasioanl banyak bermunculan dengan memberikan harga tarif yang kompetitif. Dari selisih tarif itulah kita bisa mengharap adanya margin keuntungan buat wartel mandiri (tidak melibatkan Telkom).
Demikian sekelumit ide/gagasan mendiversifikasikan warung internet (warnet) menjadi wartel mini melayani SLJJ atau SLI. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar