Mari bersama-sama berpartisipasi dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, berpendidikan dan bernuansa islami

Rabu, 28 Juli 2010

Jalan Sukses “Syeh Puji” Mulai Dari Kernet Dan Kuli Bangunan

Syeh Puji dan Salah Satu Koleksi Mobil Mewahnya
Pujiono Cahyo Widianto atau yang terkenal dengan Syekh Puji membeberkan cara-cara menjadi seorang pengusaha dalam Talk Show “Cara Gila Menjadi Entrepenuer” yang digelar dalam rangka Dies Natalis Universitas Muria Kudus (UMK), Jateng, Sabtu (20/6).
Menurut pemilik PT Sinar Lendoh Terong tersebut, untuk mencapai sukses menjadi seorang pengusaha bukan diraih dengan cara mudah dan justru diperlukan cara “gila” untuk mewujudkannya.


“Memang benar, membutuhkan cara yang `gila` untuk sukses berwiraswasta,” katanya.
Ia mengatakan, tidak semua orang berani mengambil keputusan menjadi pengusaha apalagi menjamin kesuksesan sehingga, butuh kebulatan tekad dan kecermatan. Menurut dia, syarat sebagai seorang pengusaha adalah harus tajam melihat peluang, berani mengambil keputusan dan motivasi untuk berkembang dan maju.
“Agar sukses, kita jangan takut untuk gagal dengan target-target yang sudah ditetapkan,” katanya. Cara `gila`,

Dana Tunai Syeh Puji, Hayo Siapa Mau Jadi...... Nya?
menurutnya, adalah cara yang beda dan lain dari yang dilakukan oleh kebanyakan orang.
Sebelum sukses seperti sekarang, Pujiono telah mengalami perjuangan panjang yang sulit dan susah. Ia mengatakan, dahulu ketika perantauan di Jakarta, pernah menjalani profesi sebagai penjaja jagung bakar selama dua hari, menjadi kuli bangunan dua minggu, dan satu bulan sebagai kernet.
“Bekal Sebagai sales di sebuah perusahaan Amerika yang ada di Jakarta lah saya menjalani wiraswasta,” kata Pujiono. Sebagai sales, Puji menjalani profesinya dengan cara berbeda dari sales lain. “Sales lain selalu saja diarahkan oleh manajer. Itu cara yang biasanya,” katanya.
Pujiono menjelaskan, cari cara yang lain. “Jika, sales lain baru bekerja setelah mendapat pengarahan dari manajernya, saya justru sudah berengkat kerja selepas subuh,” katanya. “Hasilnya, lima tahun berprofesi sebagai sales, sudah terkumpul Rp 450 juta,” kata Puji.
Dengan uang ini, kata dia, digunakan sebagai modal membuka usaha di Semarang pada 1990. Ia menambahkan, agar sukses menjadi seorang pengusaha harus menjadi pengusaha murni dan menciptakan hal baru. “Aqua misalnya, dikenal karena punya inisiatif membuat air minum kemasan,” katanya.
Pujiono mengatakan, memilih usaha Kaligrafi atau `relief` gambar dengan media kuningan, karena pada ketika itu masih langka. “Jadi punya pangsa pasar tersendiri,” katanya. Ref : Kompas

RESEP KAYA SYEKH PUJI ….. (?)
http://iwandahnial.files.wordpress.com/2008/11/puji.jpg?w=372&h=311

UNGARAN - Ada saja kejutan datang dari seorang tokoh dan pengusaha kaya raya Kabupaten Semarang, Syekh Puji (43 tahun). Setelah sukses membagikan zakat hingga Rp 1,3 milliar lebaran lalu, kini kyai nyentrik itu menikahi seorang gadis belia umur 11 tahun 8 bulan. Lebih sensasional lagi, setelah dinikahi, istri keduanya itu diamanahi menjadi General Manager (GM) perusahaannya yang beromset Rp 110 milliar. Itulah Syekh Puji.


Pengasuh Ponpes Miftahul Jannah yang punya nama lengkap Syekh DR HM Pujiono Cahyo Widianto itu memang bisa berbuat segalanya. Selain seorang kyai, dia sekaligus pengusaha hebat. Kemarin pengusaha asal Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang itu melantik istri barunya yang masih berusia 11 tahun 8 bulan sebagai General Manajer perusahaan yang dipimpinnya, PT Sinar Lendoh Terang (Silenter). Istri keduanya yang masih imut-imut itu bernama Lutfiana Ulfa, putri dari pasangan Suroso (35) dan Siti Hurairah (33), warga Randu Gunting, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.

Dengan demikian, berarti bocah yang tahun ini baru lulus SDN I Randu Gunting, Bergas tersebut akan berkuasa penuh serta memegang kendali laju perusahaan yang bergerak di bidang eksportir kuningan, kaligrafi, serta buku tentang agama dan Al Quran itu. “Jadi semua laju perusahaan yang menjalankan dia. Dan ini merupakan satu-satunya GM termuda di Indonesia. Bahkan mungkin bisa dikatakan di dunia. Dengan omset yang dikelolanya sebesar Rp 100 miliar,” ucap Syekh Puji, panggilan akrabnya.

Menurut pemilik ponpes Mifthul Jannah Pujiono CW, dirinya menobatkan istri keduanya tersebut yang nota bene masih awam di dunia bisnis itu, lantaran usia muda lebih gampang untuk dibentuk dan diarahkan. Selain itu, karena istri pertamanya, Umi Hanni, yang kini masih setia mendampinginya jauh hari menyatakan tidak sanggup untuk menjalankan kendali perusahaannya. Sebagai pilihannya, dia ingin hanya mengurus Ponpes dan Yayasan Miftahul Jannah saja.

“Karena itu pilihan saya pada dia (istri keduanya, red). Selain dia memang menyatakan sanggup, juga atas izin dari istri pertama saya. Bahkan yang mencarikan istri kedua itu adalah istri pertama saya, apa nggak hebat dia,” ujar Syech Puji atas istri pertamanya yang hafidhoh (hapal Al Qur’an, red) itu.



Syech Puji mengakui kebesaran dan kesuksesan perusahaannya itu, dilaluinya dengan tirakat ritual yang dilakukanya selama 18 bulan. Tepatnya pada 1991, ketika Syeh Puji mendirikan perusahaannya yang diberi nama PT Silenter.

“Karena saya ingin sukses dalam usaha saya, saya melakukan wirid dengan membaca salawat Nariyah selama 18 bulan mulai jam 12 malam hingga pagi tidak pernah tidur,” tandasnya sambil menambahkan tirakat tersebut didapat atas bimbingan Mbah Mad dari Ponpes Watucongol, Muntilan, Magelang.

Selama tirakat dia memohon lewat doa, wirid dan baca salawat. Juga diimbangi dengan kerja keras dan banyak-banyak sodaqoh. Dia juga mengatakan kalau dalam awal-awal mendirikan perusahaanya itu, selalu menjalankan puasa nglempus yakni tidak makan-minum dan tidur selama beberapa hari. Hal itu tergantung niat awalnya. “Kalau untuk kesuksesan sesuatu, bisa hingga 3 atau 7 hari, bahkan 11 hari berturut-turut saya lakukan puasa tidak makan-tidak minum dan tidur untuk tujuan tertentu,” tambahnya.

SelainSalawat Nariyah, kata Syeh Puji, ada bacaan atau wirid yang harus diamalkan untuk mencapai kesuksesan seperti yang dialaminya sekarang ini. Meski untuk itu, sepertinya dia merahasiakan mengungkapkannya. “Itu cukup berat. Karena istri pertama saya tidak sanggup, maka saya cari yang muda usianya untuk menjalankan seperti yang saya jalankan dulu hingga saat ini,” ucap peraih penghargaan sebagai Bapak Pendidikan Kabupaten Semarang 2006 dari Pemkab setempat itu.

Bersamaan dengan beranjaknya usianya yang 43 tahun itu, serta dengan dalih penerus untuk imperium bisnisnya yang menurutnya miliki dana cadangan ratusan miliar tersebut, maka tidak heran kalau Syech Puji ingin menyelamatkan kerajaan bisnisnya itu dengan mencari penerusnya sekalian orang kepercayaan untuk memegang perusahaanya. “Karena itu, saya mencari pendamping atau istri lagi untuk saya jadikan GM di perusahaan saya atas seizin istri pertama saya,” tegasnya.

Syech mengaku menikahi istri keduanya itu pada tanggal 8 Agustus tahun 2008 ini. Dan istri keduanya itu sebelumnya telah dicari selama setahun dengan kreteria yang ditentukan, diantaranya harus pintar, dewasa dan cerdas. Selama itu Syech disodori oleh para tokoh masyarakat hingga guru tentang calon istrinya. Baru pada usaha yang ke-21 kali, ia menemukan kecocokan dengan Ibu Lutfiana –panggilan istri keduanya– sebagai pendamping barunya. “Ya ini merupakan pemberian Allah, karena tidak satu-dua kali saya mencari dan bisa pas,” tambahnya.

Sementara menurut pengakuan ayah Lutfiana Ulfa, Suroso, yang ditemui kemarin di acara halal bihalal serta pengukuhan GM dan Regional Sales Manajer PT Silenter di Ponpes Miftahul Jannah, bahwa dirinya sekeluarga sebelum anaknya dilamar punya firasat khusus. Saat itu kamar mandinya tiba-tiba dijadikan tempat lebah madu bersarang. Padahal tidak biasanya.

Selain itu, anaknya meski masih kecil namun cara bicaranya seperti orang dewasa, bijak dan penuh pengertian. Bahkan suatu kali bilang, dia ingin bercita-cita mengenyam pendidikan tinggi dan akan menghajikan kedua orang tuanya.

“Sewaktu ibunya hamil, saya mimpi di halaman rumah saya kejatuhan bulan,” cerita ayah Lutfiana. (mus)

(Sumber : Harian Meteor)
200785


Syekh Puji Siap Terima Kunjungan Komnas Anak
SEMARANG - Ulah Syekh Puji, pengusaha nyentrik asal Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, yang menikahi bocah 12 tahun, Lutfiana Ulfa, terus menuai kontroversi. Bahkan, dari Jakarta, Komisi Nasional Perlindungan Anak sudah mengagendakan turun ke lapangan untuk mengumpulkan bukti tentang pernikahan pria bernama asli H Pujiono Cahyo Widianto tersebut.

Rencana kedatangan Komnas Anak ke Bedono, Kecamatan Jambu, tempat tinggal Syekh Puji, tersebut juga dibenarkan oleh yang bersangkutan. ''Sudah kontak saya lewat telepon,'' kata Puji kepada Radar Semarang (Jawa Pos Group) kemarin (23/10). Dia mengaku siap jika tim Komnas Anak dan Komnas Perempuan menemui dirinya.

Puji, 43, yang juga pemimpin Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Jannah itu mengaku sudah mendengar berbagai kecaman yang dilontarkan para aktivis anak, perempuan, bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang pernikahan siri dengan istri keduanya tersebut. ''Biar saja mereka mengecam saya. Yang penting niat saya baik dan tidak merugikan. Saya nggak gubris mereka semua,'' tegasnya.

Menurut pemilik sejumlah perusahaan yang sebelum Lebaran lalu menjadi perhatian karena membagikan zakat Rp 1,3 miliar secara langsung kepada ribuan warga tersebut, yang dia lakukan (menikahi Ulfa yang baru tamat SD) bukan pelanggaran. Alasannya, semua persyaratan -seperti izin dari istri pertama serta restu dan keikhlasan orang tua calon istri- tak bermasalah.

''Bahkan, yang mencarikan saya istri itu kan Bu Nyai (Hj Umi Hanni, istri pertama) sendiri dibantu beberapa orang. Dan Anda kan wawancara sendiri kepada bapaknya (ayah Ulfa) yang mengikhlaskan anaknya saya nikahi,'' ungkapnya.

Merasa tak melanggar dan tak merugikan orang lain, Puji yang juga bos PT Sinar Lendoh Terang itu tidak terlalu memedulikan statemen yang dilontarkan orang luar. ''Saya ini dinilai melanggar itu, melanggar yang mana? Lha wongtak ada yang komplain kepada saya. Mestinya kan dari keluarga Bu Nyai atau Bu Nyai sendiri yang komplain atau dari keluarga Ulfa. Nyatanya ya aman-aman saja,'' ucapnya lalu tertawa lepas.

Langgar Undang-Undang

Perkawinan Syekh Puji dengan gadis berumur 12 tahun disorot tajam. Komisi Nasional Perlindungan Anak, misalnya, menyatakan pria berusia 43 tahun itu melanggar tiga undang-undang sekaligus.

Sekjen Komnas Anak Arist Merdeka Sirait mengatakan, pelanggaran pertama yang dilakukan Syekh Puji adalah terhadap UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di dalam UU itu disebutkan bahwa perkawinan dengan anak-anak dilarang. "Paling tidak, untuk menikah, umur perempuannya 16 tahun dan laki-laki 19 tahun," katanya.

Kedua, pelanggaran terhadap UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak yang melarang persetubuhan terhadap anak. "Nah dia kan melakukan itu," katanya.

Selain itu, Arist menduga ada bujuk rayu yang dilakukan oleh Syekh Puji untuk dapat menikahi Lutfiana Ulfa, istri kedua, dengan menggunakan eksploitasi ekonomi.

Yang terakhir, pelanggaran yang dilakukan oleh Syekh Puji terkait dengan UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. "Setelah menikah, anak itu kan dipekerjakan. Itu dilarang karena masih di bawah umur," tegas Arist. Karena pelanggaran itu, dia bisa dikenai hukuman lima tahun.

Lantas, apa yang akan dilakukan Komnas PA? Arist menjelaskan, pihaknya berencana untuk mendatangi keluarga Syekh Puji-Lutfiana Ulfa di Semarang. Namun, dia belum bisa memastikan kapan waktu kunjungan itu. Dia beralasan, selain tidak adanya kewenangan Komnas Anak untuk memaksakan regulasi, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan lembaga-lembaga agama.

"Alasan yang digunakan oleh Syekh Puji (untuk menikah) kan alasan agama. Seharusnya, lembaga-lembaga agama yang memberikan pengertian," jelasnya.

Hasil Seleksi Tim

Menurut Syeh Puji, istri keduanya, Lutfiana Ulfa, yang asal Bergas, Kabupaten Semarang, bukan istri sembarangan. Sebab, dia dipilih oleh tim yang memang sengaja dibentuk untuk mencari gadis pendamping keduanya. Puji tidak sekadar ingin istri, tapi juga kader calon pimpinan di perusahaannya.

Puji pun membeber alasan mengapa memilih menikahi bocah berusia 12 tahun. Dia mengaku terinspirasi pola pikir pengaderan yang dilakukan Akio Morita, pendiri raksasa elektronik Sony asal Jepang.

Menurut Puji, sejak kecil dia kerap membaca buku tentang kunci sukses tokoh bisnis dunia. Dari Akio Morita itulah, dia berkesimpulan jika ingin berhasil ,harus pandai mengader seseorang dengan baik.

"Kalau ingin berhasil menekuni sesuatu, ya mulai muda. Atau masih anak-anak harus dikader. Sebab, usia muda gampang dibentuk dan dikendalikan," tambah pria yang saat difoto bersama Ulfa sedang memegang buku karya pakar manajemen terkenal Peter F. Drucker itu.

Jika seseorang sudah memasuki usia lanjut, kata pria kelahiran 4 Agustus 1965 itu, semua gerak dan pola pikir terbatas. Bila tak segera melakukan regenerasi atau kaderisasi, dia khawatir akan kelangsungan perusahaan (PT Sinar Lendoh Terang) yang dibangun sejak 1991.

Pada mulanya niat itu disampaikan Syeh Puji kepada istri pertama, Hj Umi Hanni. Namun, karena yang bersangkutan tidak sanggup, serta memilih mengelola Ponpes Miftahul Jannah yang didirikan Puji, niat itu akhirnya dialihkan kepada calon istri kedua Syeh Puji.

Dalam proses "seleksi" bagi calon istri kedua yang juga akan mengelola usaha itu, Syeh Puji menetapkan beberapa syarat. Salah satu yang tidak bisa dipungkiri adalah cantik dan cerdas. Sang anak harus memiliki nilai di atas rata-rata. Paling selalu nangkring di tiga besar. Usia yang dimaui tidak lebih dari 12 tahun.

Untuk itu, Syeh Puji membentuk tim khusus. Dua di antara anggotanya adalah istri pertama, Hj Umi Hanni, dan B. Agung Ngadelan, salah seorang pengajar SMP dan SMK swasta di Kabupaten Semarang.

Tahun lalu tim tersebut bergerak cepat dengan menyebar anggotanya ke hampir semua daerah Jateng. Para peminat mendapat seleksi cukup ketat. Tidak jarang, yang tidak lulus ujian dikembalikan ke desanya. Total peserta yang "dikembalikan" ke orang tuanya ada 20 gadis. Untuk materi uji, memang tidak dijelaskan secara rinci. Yang jelas, salah satu yang membuat peserta gagal adalah uji kepintaran atau kecerdasan.

Ulfa termasuk hitungan yang ke-21. Dia sukses menjalani semua rintangan serta ujian versi pencari bakat dari tim yang dibentuk Puji. Menurut Agung Ngadelan, Ulfa memiliki kelebihan di atas rata-rata gadis seusianya. Di sekolah, sejak kelas 1 hingga kelas 6 SD dia selalu peringkat pertama. ''Nilai rata-rata dia 8,5. Karena itu, tidak keliru kalau dia bisa mendampingi Syeh Puji untuk memimpin perusahaan," katanya.

Oleh Puji, anak yang baru lulus dari SDN Randu Gunting itu dipercaya sebagai general manager (GM) PT Sinar Lendoh Terang. PT tersebut memiliki bisnis, antara lain, kerajinan kaligrafi kuningan yang sudah diekspor ke Malaysia, Brunei, dan Arab Saudi.

Putri pasangan Suroso, 35, dan Siti Hurairah, 33, warga Randu Gunting, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, itu berkuasa penuh untuk memegang kendali perusahaan yang juga bergerak di bidang penerbitan buku-buku tentang agama.

''Jadi, semua laju perusahaan yang menjalankan dia. Dia mungkin GM termuda di Indonesia. Bahkan, mungkin di dunia," kata pria brewok yang pernah maju pada pencalonan bupati Semarang periode 2005 - 2010 itu. (dm/fal/el)



yekh Puji Siap Terima Kunjungan Komnas Anak
SEMARANG - Ulah Syekh Puji, pengusaha nyentrik asal Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, yang menikahi bocah 12 tahun, Lutfiana Ulfa, terus menuai kontroversi. Bahkan, dari Jakarta, Komisi Nasional Perlindungan Anak sudah mengagendakan turun ke lapangan untuk mengumpulkan bukti tentang pernikahan pria bernama asli H Pujiono Cahyo Widianto tersebut.

Rencana kedatangan Komnas Anak ke Bedono, Kecamatan Jambu, tempat tinggal Syekh Puji, tersebut juga dibenarkan oleh yang bersangkutan. ''Sudah kontak saya lewat telepon,'' kata Puji kepada Radar Semarang (Jawa Pos Group) kemarin (23/10). Dia mengaku siap jika tim Komnas Anak dan Komnas Perempuan menemui dirinya.

Puji, 43, yang juga pemimpin Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Jannah itu mengaku sudah mendengar berbagai kecaman yang dilontarkan para aktivis anak, perempuan, bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang pernikahan siri dengan istri keduanya tersebut. ''Biar saja mereka mengecam saya. Yang penting niat saya baik dan tidak merugikan. Saya nggak gubris mereka semua,'' tegasnya.

Menurut pemilik sejumlah perusahaan yang sebelum Lebaran lalu menjadi perhatian karena membagikan zakat Rp 1,3 miliar secara langsung kepada ribuan warga tersebut, yang dia lakukan (menikahi Ulfa yang baru tamat SD) bukan pelanggaran. Alasannya, semua persyaratan -seperti izin dari istri pertama serta restu dan keikhlasan orang tua calon istri- tak bermasalah.

''Bahkan, yang mencarikan saya istri itu kan Bu Nyai (Hj Umi Hanni, istri pertama) sendiri dibantu beberapa orang. Dan Anda kan wawancara sendiri kepada bapaknya (ayah Ulfa) yang mengikhlaskan anaknya saya nikahi,'' ungkapnya.

Merasa tak melanggar dan tak merugikan orang lain, Puji yang juga bos PT Sinar Lendoh Terang itu tidak terlalu memedulikan statemen yang dilontarkan orang luar. ''Saya ini dinilai melanggar itu, melanggar yang mana? Lha wongtak ada yang komplain kepada saya. Mestinya kan dari keluarga Bu Nyai atau Bu Nyai sendiri yang komplain atau dari keluarga Ulfa. Nyatanya ya aman-aman saja,'' ucapnya lalu tertawa lepas.

Langgar Undang-Undang

Perkawinan Syekh Puji dengan gadis berumur 12 tahun disorot tajam. Komisi Nasional Perlindungan Anak, misalnya, menyatakan pria berusia 43 tahun itu melanggar tiga undang-undang sekaligus.

Sekjen Komnas Anak Arist Merdeka Sirait mengatakan, pelanggaran pertama yang dilakukan Syekh Puji adalah terhadap UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di dalam UU itu disebutkan bahwa perkawinan dengan anak-anak dilarang. "Paling tidak, untuk menikah, umur perempuannya 16 tahun dan laki-laki 19 tahun," katanya.

Kedua, pelanggaran terhadap UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak yang melarang persetubuhan terhadap anak. "Nah dia kan melakukan itu," katanya.

Selain itu, Arist menduga ada bujuk rayu yang dilakukan oleh Syekh Puji untuk dapat menikahi Lutfiana Ulfa, istri kedua, dengan menggunakan eksploitasi ekonomi.

Yang terakhir, pelanggaran yang dilakukan oleh Syekh Puji terkait dengan UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. "Setelah menikah, anak itu kan dipekerjakan. Itu dilarang karena masih di bawah umur," tegas Arist. Karena pelanggaran itu, dia bisa dikenai hukuman lima tahun.

Lantas, apa yang akan dilakukan Komnas PA? Arist menjelaskan, pihaknya berencana untuk mendatangi keluarga Syekh Puji-Lutfiana Ulfa di Semarang. Namun, dia belum bisa memastikan kapan waktu kunjungan itu. Dia beralasan, selain tidak adanya kewenangan Komnas Anak untuk memaksakan regulasi, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan lembaga-lembaga agama.

"Alasan yang digunakan oleh Syekh Puji (untuk menikah) kan alasan agama. Seharusnya, lembaga-lembaga agama yang memberikan pengertian," jelasnya.

Hasil Seleksi Tim

Menurut Syeh Puji, istri keduanya, Lutfiana Ulfa, yang asal Bergas, Kabupaten Semarang, bukan istri sembarangan. Sebab, dia dipilih oleh tim yang memang sengaja dibentuk untuk mencari gadis pendamping keduanya. Puji tidak sekadar ingin istri, tapi juga kader calon pimpinan di perusahaannya.

Puji pun membeber alasan mengapa memilih menikahi bocah berusia 12 tahun. Dia mengaku terinspirasi pola pikir pengaderan yang dilakukan Akio Morita, pendiri raksasa elektronik Sony asal Jepang.

Menurut Puji, sejak kecil dia kerap membaca buku tentang kunci sukses tokoh bisnis dunia. Dari Akio Morita itulah, dia berkesimpulan jika ingin berhasil ,harus pandai mengader seseorang dengan baik.

"Kalau ingin berhasil menekuni sesuatu, ya mulai muda. Atau masih anak-anak harus dikader. Sebab, usia muda gampang dibentuk dan dikendalikan," tambah pria yang saat difoto bersama Ulfa sedang memegang buku karya pakar manajemen terkenal Peter F. Drucker itu.

Jika seseorang sudah memasuki usia lanjut, kata pria kelahiran 4 Agustus 1965 itu, semua gerak dan pola pikir terbatas. Bila tak segera melakukan regenerasi atau kaderisasi, dia khawatir akan kelangsungan perusahaan (PT Sinar Lendoh Terang) yang dibangun sejak 1991.

Pada mulanya niat itu disampaikan Syeh Puji kepada istri pertama, Hj Umi Hanni. Namun, karena yang bersangkutan tidak sanggup, serta memilih mengelola Ponpes Miftahul Jannah yang didirikan Puji, niat itu akhirnya dialihkan kepada calon istri kedua Syeh Puji.

Dalam proses "seleksi" bagi calon istri kedua yang juga akan mengelola usaha itu, Syeh Puji menetapkan beberapa syarat. Salah satu yang tidak bisa dipungkiri adalah cantik dan cerdas. Sang anak harus memiliki nilai di atas rata-rata. Paling selalu nangkring di tiga besar. Usia yang dimaui tidak lebih dari 12 tahun.

Untuk itu, Syeh Puji membentuk tim khusus. Dua di antara anggotanya adalah istri pertama, Hj Umi Hanni, dan B. Agung Ngadelan, salah seorang pengajar SMP dan SMK swasta di Kabupaten Semarang.

Tahun lalu tim tersebut bergerak cepat dengan menyebar anggotanya ke hampir semua daerah Jateng. Para peminat mendapat seleksi cukup ketat. Tidak jarang, yang tidak lulus ujian dikembalikan ke desanya. Total peserta yang "dikembalikan" ke orang tuanya ada 20 gadis. Untuk materi uji, memang tidak dijelaskan secara rinci. Yang jelas, salah satu yang membuat peserta gagal adalah uji kepintaran atau kecerdasan.

Ulfa termasuk hitungan yang ke-21. Dia sukses menjalani semua rintangan serta ujian versi pencari bakat dari tim yang dibentuk Puji. Menurut Agung Ngadelan, Ulfa memiliki kelebihan di atas rata-rata gadis seusianya. Di sekolah, sejak kelas 1 hingga kelas 6 SD dia selalu peringkat pertama. ''Nilai rata-rata dia 8,5. Karena itu, tidak keliru kalau dia bisa mendampingi Syeh Puji untuk memimpin perusahaan," katanya.

Oleh Puji, anak yang baru lulus dari SDN Randu Gunting itu dipercaya sebagai general manager (GM) PT Sinar Lendoh Terang. PT tersebut memiliki bisnis, antara lain, kerajinan kaligrafi kuningan yang sudah diekspor ke Malaysia, Brunei, dan Arab Saudi.

Putri pasangan Suroso, 35, dan Siti Hurairah, 33, warga Randu Gunting, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, itu berkuasa penuh untuk memegang kendali perusahaan yang juga bergerak di bidang penerbitan buku-buku tentang agama.

''Jadi, semua laju perusahaan yang menjalankan dia. Dia mungkin GM termuda di Indonesia. Bahkan, mungkin di dunia," kata pria brewok yang pernah maju pada pencalonan bupati Semarang periode 2005 - 2010 itu. (dm/fal/el)
"SYEKH" PUJI IN ACTION...
Masih ingat dengan pengusaha nyentrik yang kontroversial ini,pasti Anda tahu...
Saya melihat foto ini di berbagai blog yang membahas tentang syekh Puji dari sudut pandamg masing-masing....Ada yang melihat dari sudut pandang resep bisnisnya seperti blog ini,atau cuma berkomentar singkat seperti blog pakDedi ini dan lain-lain.

Tapi saya ingin melihatnya dari sudut pandang semangat untuk menjadi pengusaha sukses seperti beliau yang bisa mengeluarkan zakat sampai 1.3 M pertahun.Bila zakatnya saja segitu berarti omsetnya juga luar biasa.Sungguh sebuah capaian yang patut kita kejar bersama.Walaupun masih banyak pengusaha-pengusaha muslim lainya yang telah melewati angka itu.Semoga kita bisa mengikuti jejak mereka semua.

Ini kemungkinan adalah foto sang pengusaha nyentrik tersebut sebelum membagikan zakat yang heboh tersebut...
Bagaimana dengan Anda....
Berapa zakat Anda tahun ini...?,Semakin besar Insya Allah semakin bermanfaat bagi sesama.
Semoga semakin sukses...

1 komentar:

  1. Bissmillah ... Assalamualaikum ..
    perkenalkan .. nama saya Alif Hermawan saua baru punya anak 1 cowo ..usia 2 tahun .. Tp keadaan keluarga saya masih mempunyai Beban Hutang sama rentenir yg setiap 3 Bulan sekali berBunga.. saya ataus nama kepala keluar memohon tolong Agar ada yang mau membantu keluarga saya.
    Hutang sekarang sudah mencapai 40.000.000 Memohon sumbangannya .. Ke Rekening 132-0381-297 (BCA - Alif Hermawan) semoga amal Kebaikan anda akan dilipat gandakan Allah Swt.. Insya allah Uang anda akan saya Gunakan Untuk Buka usaha.. agar bisa melunasi Hutang2 saya.
    Bissmillah ... Bissmillah ..
    No telp 087737126069 / 082323108969 - Alif Hermawan

    BalasHapus