Ada sebuh berita menarik di koran lokal Jogja hari ini, 9 November 2005. Di sana diceritakan kisah unik dan menarik dari Kulonprogo. Seorang tukang batu yang kini mengisi hari kosongnya dengan menemukan ide unik, menjual lombok (cabai) dikemas dalam plastik, dijajakan kepada para pemudik yang kebetulan lewat, layaknya para pedagang asongan. Bukan minuman kemasan atau jajanan atau merdunya suara nyanyian jalanan yang ia tawarkan, tetapi sebungkus plastik berisi 1/2 kg lombok! :) Kreatif, pak Kadi!
Gagasannya sederhana, harga lombok di pasar Jakarta mencapai Rp 35 rb an per kg. Sementara di tingkat petani di Kulonprogo, harganya cuma Rp 7000 per kg. Dengan mengemasnya menjadi 1/2 kg per bungkus, pak Kadi berani menjual seharga cuma Rp 7000 per bungkus. Jauh jauh lebih murah daripada harga di Jakarta. Makanya dagangan pak Kadi laku keras dibeli ibu-ibu yang kebetulan mudik ke Jawa dan ingin kembali ke Jakarta. Dalam waktu 2 jam saja, pak Kadi mampu menjual 10 KG lombok!
Inilah yang dinamakan Direct Selling, menjual langsung ke pembeli. Dengan cara ini, rantai distribusi yang panjang bisa dipotong, seperti yang lazim terjadi misal untuk sekilo lombok/cabai bila hingga sampai di supermarket. (Tetapi memang ndak semua jenis barang sih, bisa dipasarkan dengan model begini)
Tetapi ide dari kisah pak Kadi, mungkin bisa kita jadikan wawasan unik dan sehat bagi pemikiran kita di dunia wirausaha. Ya nggak? :) Siapa tahu berikutnya muncul bu Inah penjual asongan bawang merah di Tegal, pak Hendro pedagang Apel segar di Malang, bang Asmat jual krupuk Palembang di Bekasi, dan lain-lainnya (hehehe).
Selamat bekerja pak Sukadi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar