Mari bersama-sama berpartisipasi dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, berpendidikan dan bernuansa islami

Rabu, 21 Juli 2010

Bahaya Diet Bagi Tulang

Penelitian terbaru mengungkapkan, remaja putri yang melakukan diet untuk mendapatkan tubuh ramping berisiko lebih tinggi terserang osteoporosis. Tim ilmuwan di Inggris menemukan hubungan antara kekuatan tulang dengan kadar lemak yang ada di tubuh.

Menurut mereka, kadar lemak memainkan peranan penting untuk membentuk tulang yang kuat, terutama pada anak remaja perempuan. Keinginan untuk memiliki tubuh ramping hanya akan membahayakan tulang mereka dalam jangka panjang.

Sekelompok ilmuwan dari Bristol University melakukan penelitian dengan melibatkan 4.000 remaja perempuan berusia 15 tahun. Mereka melakukan teknik scan tulang pada para partisipan, dengan menghitung bentuk dan kepadatan tulang lalu dihubungkan dengan berapa banyak lemak tubuh yang dimilikinya.

Hasil scan mengungkapkan, partisipan dengan kadar lemak tinggi cenderung memiliki bentuk tulang yang lebar dan tebal. Diketahui pula, setiap ada peningkatan kadar lemak sebesar 5 kg dikaitkan dengan 8% peningkatan ketebalan tulang kaki bagian bawah. Dengan kata lain, hasil ini mengungkapkan bahwa kadar lemak dalam tubuh memainkan peranan penting dalam perkembangan tulang perempuan.

Dibandingkan anak laki-laki, anak perempuan cenderung memiliki kadar lemak lebih tinggi, meskipun mereka memiliki berat badan normal. Membangun tulang kuat di usia belia sangat penting bagi perempuan, karena hasil penelitian menunjukan bahwa perempuan tiga kali lebih berisiko mengalami osteoporosis dan menderita patah tulang dibandingkan dengan laki-laki. Dengan tidak memaksakan diri memiliki tubuh langsing dan melakukan diet, maka tulang akan mengalami kepadatan dan risiko mengalami osteoporosis pun berkurang.

''Ada sangat banyak desakan pada anak remaja untuk menjadi langsing, tapi mereka juga harus sadar bahwa ini dapat membahayakan perkembangan tulang dan membuat mereka lebih risiko mengalami osteoporosis,” kata Professor Jon Tobias, pemimpin penelitian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar